KOTA MENTAYA



Sampit adalah ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur (KOTIM) yang berada di Kalimantan Tengah . Kota Sampit terletak di tepi Sungai Mentaya. Dalam Bahasa Dayak Ot Danum, Sungai Mentaya itu disebut batang danum kupang bulan. Sungai Mentaya ini merupakan sungai utama dan dimanfaatkan sebagai prasarana perhubungandi Sampit. Sungai mentaya merupakan sungai kebanggan masyarakat sampit karena luas dan panjangnya sungai mentaya, sehingga saampit bisa di sebut dengan sebutan kota mentaya.

Hingga kini, yang masih menjadi pertanyaan adalah asal kata Sampit itu sendiri. Menurut beberapa sumber, kata Sampit berasal dari bahasa Cina yang berarti “31” (sam=3, it=1). Disebut 31, karena pada masa itu yang datang ke daerah ini adalah rombongan 31 orang Cina yang kemudian melakukan kontak dagang serta membuka usaha perkebunan (Masdipura; 2003).

Mungkin juga karena Orang pertama yang membuka daerah kawasan Sampit pertama kali adalah orang yang bernama Sampit yang berasal dari Bati-Bati, Kalimantan Selatan sekitar awal tahun 1800-an. Sebagai bukti sejarah, makam “Datu” Sampit sendiri dapat ditemui di sekitar Basirih. “Datu” Sampit mempunyai dua orang anak yaitu Alm. “Datu” Djungkir dan “Datu” Usup Lamak. Makam keramat “Datu” Djungkir dapat ditemui di daerah pinggir sungai mentaya di Baamang Tengah, Sampit. Sedangkan makam “Datu” Usup Lamak berada di Basirih.

KEBUDAYAAN

1. Patung Sapundu Patung Ritual Adat Dayak



Patung sapundu adalah sebuah patung yang dibuat dari kayu ulin, dimana patung yang diukir pada batang kayu ulin itu sendiri digunakan untuk mengikat hewan kurban pada saat upacara Tiwah.

Patung Sapundu diukir secara bebas tanpa ada peraturan yang mengikat oleh orang yang membuatnya. Mungkin oleh karena inilah Sapundu lebih terlihat menarik dan unik.

Perlunya ada ukiran pada Sapundu sendiri adalah tidak lain dan tidak bukan karena Sapundu ini nantinya akan digunakan untuk tiang dimana tiang ini nantinya adalah tempat untuk mengikat hewan kurban agar lebih menarik. Adapun hewan yang diikat pada Sapundu biasanya hewan sapi atau kerbau, Lalu kenapa kok pake kayu Ulin?? secara umum orang Dayak lebih mengenal Kayu ulin (dalam bahasa dayak adalah Tabalien) karena kayu jenis Ulin ini terkenal Kuat, Karena biasanya hewan yang dikurbankan yang diikat Pada Sapundu memiliki tenaga yang kuat sekali, Makanya kayu untuk Sapundu harus benar – benar kuat juga, namun patung sapundu akhir akhir banyak di curi oleh tangan tangan jahil untuk diperjualbelikan, karena keeksotikaannya dan dipercaya juga mempunyai tuah yang besar.Sapundu sendiri terdiri secara umum terdiri dari dua macam. Bentuknya, menyesuaikan dengan jenis kelamin dari hewan kurban seperti sapi atau kerbau yang akan diikat pada sapundu. Apabila hewan kurban itu berjenis kelamin betina, maka sapundunya akan berbentuk laki-laki dan sebaliknya, apabila hewan kurbannya laki-laki maka sapundunya akan berbentuk wanita.

2. Simah Laut



Upacara adat simah laut di Desa Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, diyakini sebagai wujud kepercayaan masyarakat setempat. Kegiatan yang dilakukan warga yang umumnya berdomisili di tepian pantai Ujung Pandaran itu dilaksanakan setiap November dan Desember, saat memasuki memasuki musim angin barat. Upacara adat simah laut merupakan wujud kepercayaan dan ketaatan yang diyakini memiliki kekuatan dan pengaruh langsung terhadap situasi dan kondisi sosial masyarakat setempat. Ritual adat tersebut, menurut dia, bersifat positif jika dilaksanakan dengan hati yang ikhlas dan lapang. “Masyarakat Ujung Pandaran yakin, apabila melaksanakan ritual simah laut, mereka akan mendapat imbalan. Seperti, hasil kekayaan ikan akan melimpah dan sawah ladang petani mendapat hasil yang cukup.” Sebagaimana diketahui, simah laut merupakan salah satu tradisi masyarakat Kotim yang menetap di tepi laut, terutama yang berdomisili di Desa Ujung Pandaran, Teluk Sampit. Seiring dengan berjalannya waktu, prosesi simah laut menjadi objek wisata tahunan. Selain sebagai wujud kepercayaan serta wahana hiburan, prosesi tersebut bertujuan mempromosikan budaya Kotim ke luar daerah. Upacara adat simah laut merupakan upaya pendekatan terhadap laut gaib. Dengan begitu, segenap unsur yang menghuni laut diharapkan dapat diajak berkompromi dan bersikap ramah kepada mereka. Harapannya, musibah tidak akan datang serta tangkapan ikan dan hasil tani masyarakat sekitar melimpah ruah. Selepas doa bersama, pawang berserta rombongan mengangkat perahu yang berisi sajen mendekati pantai. Dari arah laut, perahu-perahu nelayan merapat menjemput sajen tersebut. Dikawal perahu-perahu nelayan, perahu berisi sajen itu diangkat ke sebuah kapal kayu. Kemudian, kapal tersebut dilayarkan menjauhi pantai, sekitar satu kilometer dari bibir pantai.

3. Mandi Safar



Selain upacara Simah Laut di Ujung Pandaran, tradisi yang masih dijadikan agenda tahunan di Kabupaten Kotim adalah Mandi Safar dengan cara menceburkan diri ke Sungai Mentaya. Ini dilakukan agar adanya saling menghargai antarmasyarakat dan pejabat pemerintahan, serta mengakrabkan dan menguatkan rasa persatuan pimpinan dan masyarakatnya. Dengan demikian kelestarian Sungai Mentaya yang menjadi kebanggaan masyarakat sampit akan terjaga kebersihannya. Kegiatan Mandi Safar ini bertujuan mengangkat budaya lokal. Dengan begitu, seluruh masyarakat Indonesia lebih mengetahui budaya yang ada di Kotim. Kegiatan budaya Mandi Safar merupakan tradisi masyarakat yang mendiami tepian Sungai Mentaya, dipromosikan sebagai atraksi wisata Provinsi Kalteng. Mandi Safar dilaksanakan pada hari Arba Musta’mir atau Hari Rabu terakhir dalam Bulan Safar (bulan kedua dalam kalender Hijriah). Berdasarkan keterangan, upacara Mandi Safar dilakukan untuk mengenang dan memperingati peristiwa mati syahidnya Husin bin Ali bin Abi Tholib yang memimpin tentaranya berangkat dari Mekkah ke Kota Kuffah. Masyarakat yang akan mengikuti prosesi Mandi Safar, sebelum menceburkan diri ke dalam sungai Mentaya, telah membekali diri dengan daun Sawang yang diikat di kepala atau di pinggang. Daun Sawang tersebut sebelumnya dirajah oleh sesepuh atau alim ulama setempat. Menurut kepercayaan, pemakaian Daun Sawang itu agar orang yang mandi terjaga keselamatannya dari segala gangguan baik dari gangguan binatang maupun makhluk halus. Setelah selesai mandi, masyarakat berkumpul di tempat acara yaitu di Pelabuhan Sampit untuk bersama-sama membaca doa mohon keselamatan yang dipimpin oleh kiai setempat. Selanjutnya masyarakat beramai-ramai memperebutkan aneka makanan yang dibentuk seperti gunungan terdiri dari 41 jenis kue tradisional seperti kue cucur, apem putih, apem merah, wajik, ketupat burung, dan lain-lain. Kegiatan Mandi Safar merupakan satu di antara atraksi budaya bernuansa agama yang akan terus dipromosikan guna menambah perbendaharaan objek wisata Kalteng. Dengan lebih banyaknya atraksi budaya menjadi objek wisata, diharapkan Kalteng lebih dikenal luas sehingga kian banyak wisatawan mengunjungi wilayah itu.

4. Tiwah







Upacara Tiwah atau Tiwah Lale atau Magah Salumpuk liau Uluh Matei ialah upacara sakral terbesar untuk mengantarkan jiwa atau roh manusia yang telah meninggal dunia menuju tempat yang dituju yaitu Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung Raja Dia Kamalesu Uhate, Lewu Tatau Habaras Bulau, Habusung Hintan, Hakarangan Lamiang atau Lewu Liau yang letaknya di langit ke tujuh. Sandung adalah tempat menyimpan tulang orang yang sudah meninggal. Peletakan tulang di sandung dilakukan setelah Upacara Tiwah. Perantara dalam upacara ini ialah : Rawing Tempun Telun, Raja Dohong Bulau atau Mantir Mama Luhing Bungai Raja Malawung Bulau, yang bertempat tinggal di langit ketiga. Dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya Rawing Tempun Telun dibantu oleh Telun dan Hamparung, dengan melalui bermacam-macam rintangan. Kendaraan yang digunakan oleh Rawing Tempun Telun mengantarkan liau ke Lewu Liau ialah Banama Balai Rabia, Bulau Pulau Tanduh Nyahu Sali Rabia, Manuk Ambun. Perjalanan jauh menuju Lewu Liau meli\ewati empat puluh lapisan embun , melalui sungai-sungai, gunung-gunung, tasik, laut, telaga, jembatan-jembatan yang mungkin saja apabila pelaksanaan tidak sempurna, Salumpuk liau yang diantar menuju alam baka tersesat.

MAKANAN KHAS
Humbut Pekat (Umbut Rotan)





Masyarakat Dayak Sampit menjadikan umbut rotan sebagai bahan makanan khasnya. Umbut rotan bisa ditemukan di beberapa pasar seperti pasar sejumput, pasar keramat, pasar subuh ataupun PPM. Sebelum diolah menjadi sayur, rotan terlebih dahulu dibersihkan dan dibuang kulitnya. Proses pembersihan ini agak sulit karena ada duri-durinya. Bagian dalamnya yang agak lunak dipotong kecil-kecil agar lebih muda dikonsumsi. Umbut rotan dapat dimasak dicampur dengan sayur lain seperti dengan terong,potongan-potongan ubi keladi, dioseng dan bisa juga dibuat sambal goreng umbut rotan.

2.Kelakai/Pakis





KelakaiKelakai adalah salah satu jenis tumbuhan paku-pakuan yang tumbuh di tanah gambut. Kelakai tumbuh dengan bebasnya tanpa ada yang menanam. Tumbuhan ini bagi masyarakat Kota Sampit dijadikan sebagai bahan makanan. Khasiat kelakai bisa memperbanyak produksi susu ibu. Cara memasak kelakai cukup mudah, bisa dengan dibuat sayur bening atau dioseng. Yang dimasak adalah pucuk-pucuk daunnya yang muda saja. Rasanya pun sungguh enak.

CIRI KHAS

1. Sungai Mentaya



Ini dia salah satu yang menonjol di kota sampit,ini adalah salah satu sungai yang dijadikan tempat banyak kegiatan dan aktifitas, seperti perdagangan, pelayaran kapal, penyebrangan, juga dijadikan sebagai tempat wisata. nama sungai ini adalah sungai Mentaya,sungai ini panjangnya hingga ke daerah Bejarum bahkan masih panjang lagi. Sungai ini bermuarakan di laut jawa, di sungai inilah berbagai macam kapal berlayar pulang dan pergi, ada kapal penumpang, kapal barang, tongkang, dll. di sepanjang aliran sungai ini juga dijadikan tempat mencari nafkah para penduduk sampit, ada yang mencari ikan, besi, dll. di tepian sungai ini juga dijadikan tempat perumahan penduduk, tapi jangan salah, walaupun permukiman rumah di tepi sungai, permukiman ini teratur, bersih dan nyaman, di tempat ini jga dijadikan sumber air PDAM bagi seluruh arga Kota Sampit, hingga saat ini saya tidak pernah mendengar Sampit kekeringan. dan ini dia yang paling unik, disetiap bulan safar warga sampit menggelar acara yang unik, yaitu Mandi Safar di Sungai mentaya, acara ini dilakukan di bulan safar, semua warga sampit, tanpa pandang umur membanjiri sungai mentaya untuk mandi rame_-rame, katanya sih mandi safar itu bisa membuang sial. Tapi itu menurut keyakinan warga setempat.

2.Bundaran Sampit



Nah ini namanya bundaran Sampit, tapi orang-orang lebih sering menyebutnya Bundaran Polres, karena letaknya yang dekat Polres Sampit, bundaran ini merupakan salah satu dari 3 bundaran besar di Kota Sampit, bundaran ini bisa dikatakan sebagai pusat Kota Sampit, karena posisinya yang berada di tengah kota Sampit, bundaran ini juga terletak di jalan yang ramai, jalan ke pelabuhan Sampit dan jalan menuju Pangkalan Bun. Bisa kita lihat di bundaran tersebut terdapat lambang garuda, yang berarti Kota Sampit merupakan salah satu kawasan naungan NKRI, dan ada lambang tameng, mandau, dan tombak, yang merupakan lambang suku dayak kalimantan, dan ada guci yang merupakan lambang serta logo kotawaringin timur.

3.Taman Kota Sampit



Taman Kota ini dijadikan sebagai tempat berkumpul keluarga oleh masyarakat setempat atau bagi para pendatang. Ada yang pernah bilang, ”Belum lengkap kalau datang ke kota Sampit tanpa mampir di Taman Kota”. Selain itu, Taman Kota bisa dijadikan tempat jogging, refreshing, jalan-jalan, nongkrong,dll. Kalau ada acara-acara besar seperti Pawai, Kampanye Partai, Pertunjukan-Pertunjukan, Jalan Sehat, Konser Musik juga diadakan di taman ini. Di sekitar taman banyak dijumpai warung-warung dan pedagang-pedagang, ada yang jual baju,celana,sepatu,kaset,mainan anak-anak,buah, ada yang jual makanan,dll. Di tempat ini juga ada arena bermain untuk anak-anak seperti tempat mandi bola, kereta badut. Adapula lapangan basket, biasanya setiap sore ada kegiatan bermain basket baik untuk pertandingan maupun hanya untuk latihan saja.