BLOGGER KALTENG (Palangka Raya) - Perhatikan di semua film-film. Selalu ada dialog yang cukup lama antara si Jahat dan si Baik. Walaupun di tangan keduanya sama-sama memegang senjata. Kadang, biar klimaksnya memuaskan satu dengan yang lain perkelahian dilakukan dengan tangan kosong.

Ini terjadi jika si jahat sedang tidak memegang senjata. Sedangkan si baik memegang senjata.

"Mungkin bisa kita akhiri dengan lebih jantan".

Dipertengahan selalu ada adegan dimana si penjahat berhasil mendapatkan senjata, namun si baik tetap mampu bertahan walaupun tidak bersenjata.

Perkelahian semakin sengit, muncul dialog antara keduanya. Sangat jarang ada yang mengalah. Selalu berakhir dengan kematian. Dari 1000 film hanya ada 1 yang pernah membiarkan si jahat hidup dan bahkan dia diberikan kebebasan. Tidak hanya kebebasan tapi juga perlindungan.

Ketika orang-orang banyak bertanya kenapa si baik membiarkan si jahat hidup. Jawabannya hanya satu.

"Saya........................ ", ia menyebut namanya dengan lantang. Seakan ia menunjukkan bahwa ia berbeda.

Film ini bukan fiksi, tapi nyata. Pernah terjadi. Si baik tetap akan menjadi baik, sementara si jahat pernah menjadi baik dalam sesaat, sampai ia kembali menyusun rencana untuk menumbangkan si baik.

Film ini berhasil menumbangkan kejahatan dalam diri saya. Walaupun banyak hal yang didramatisir dari adegan filmnya, namun sudah cukup membawa saya hanyut dalam sejarah lama bahwa sejatinya "kita" harus begitu.

#catatan
debu yandi | blogger kalteng