BLOGGER KALTENG (Palangka Raya) - Saya ingin memulai tulisan ini dengan sebuah cerita singkat film "Knowing" dirilis tahun 2009 bergenre Drama, Mystery dan Sci-Fi diperankan oleh aktor ternama hollywood Nicolas Cage. Salah satu dari daftar film favorit saya, karena pengungkapan sebuah misteri deretan angka yang tidak berarti oleh seorang Profesor.

Apa hubungannya film "knowing" dengan ISU SARA yang sengaja diangkat oleh oknum tertentu tentang suasana Musyawarah Daerah XIV DPD KNPI Kalteng yang dilaksanakan di Hotel Aquarius Palangka Raya, Sabtu (01/09/2018). Untuk memahaminya kamu harus memahami jalan cerita yang saya tulis, lebih-lebih jika sudah menonton mungkin akan mempermudah pemahamannya.

Sebelum jauh, saya selalu mempunyai istilah untuk mereka yang membuat sebuah statement yang tidak ada landasan dan argumen penguat. Ngasal bicara, lebih tepatnya. Hanya tahu dari melihat sekilas atau mungkin mengumpulkan info dari orang-orang "ngasal" juga. Istilah yang saya berikan kepada orang-orang seperti ini adalah "Peramal".

Langsung saja, cerita singkat film "knowing" berikut ini :
Tahun 1959, ada seorang anak SD yang sering mendengar bisikan-bisikan ditelinganya, samar dan hanya sederet angka yang terdengar, anehnya lagi bisikan itu hanya didengar olehnya sendiri. Namanya Lucinda Embry, anak kecil yang cenderung pendiam dan tidak mempunyai teman. 
Lonceng tanda masuk kelas berbunyi, Miss Taylor seorang guru perempuan memanggil anak muridnya untuk segera masuk ke kelas. "Kalian ingatkan besok adalah hari pembukaan sekolah secara resmi?" tanya Miss Taylor. "Ya, Bu Taylor", jawab muridnya secara serentak. 
"Dan kalian ingat Kepala Sekolah mengadakan sayembara bulan lalu, ide acara terbaik dalam merayakan hari yang sangat istimewa ini", terang Miss Taylor. Rupanya anak-anak sebelumnya dipersilakan untuk memilih ide acara apa yang akan dilakukan. "Baiklah, kemarin, panitia telah memilih ide acara yang menjadi pemenangnya, ide itu berasal dari kelas ini", ungkap Miss Taylor. Kelas tampak hening sejenak, seakan-akan mereka tidak percaya.
Sampai disini kita bisa menebak, bahwa pemenang ide acara itu adalah berasal dari Lucinda Embry. Yakni, penanaman kapsul waktu. Anak-anak dipersilakan Miss Taylor untuk menggambar seperti apa kelak masa depan. Kemudian gambar itu akan dimasukan ke dalam kapsul waktu, dan dalam 50 tahun kemudian akan dibuka. Gambar yang dibuat oleh anak-anak saat itu bermacam ragam, hanya Lucinda Embry yang menulis deretan angka. Bagi Miss Taylor deretan angka itu tidak berarti. Waktu habis, Lucinda Embry tetap menulis, sampai-sampai Miss Taylor menarik paksa kertas itu dari tangannya. Semua tugas telah dimasukan ke dalam kapsul waktu.
50 tahun kemudian, tahun 2009. Caleb Koestler anak dari Prof. John Koestler salah satu murid dari sekolah Lucinda Embry dulu. Pada peringatan hari ulang tahun sekolahnya yang ke-50, kapsul waktu dibuka dan masing-masing murid mendapatkan kertas dari kapsul waktu tersebut.
Anak-anak tampak riang, mendapatkan gambar masa depan yang dibuat oleh anak-anak se usia mereka di 50 tahun yang lalu. Sedangkan Caleb Kostler mendapatkan kertas yang hanya bertulis sederet angka yang ditulis oleh Lucinda Embry. Dia tampak murung, karena menurutnya angka itu tidak berarti.
Pada saat malam hari, John, ayahnya, melihat lembaran kertas itu di atas meja. Tampaknya, sederet angka itu membuatnya penasaran. Kemudian ia mencoba menulis kembali angka-angka tersebut di papan tulis, kemudian ia mengelompokkan angka-angka tersebut. Ia melihat deretan angka itu adalah sebuah ramalan, yakni deretan tanggal, bulan, tahun tragedi-tragedi besar yang membunuh banyak nyawa manusia yang sudah terjadi dan bahkan ada ramalan yang masih belum terjadi. Kebenaran tentang ramalan dari deretan angka itu mulai Jhon ungkap satu persatu. Mulai dari tragedi yang terjadi tepat di depan matanya, hingga akhirnya sebuah tragedi besar diramal, dan Jhon menyadari bahwa tragedi ini tidak bisa manusia hindari. Hanya anaknya Caleb Kostler dan Abby cucu Lucinda Embry yang selamat. Tamat.
Lalu apa hubungannya?
Yang perlu kita pahami terlebih dahulu adalah kenapa diawal saya tulis cerita film "knowing" dengan kaitannya statement salah satu oknum yang mengatakan bahwa Pemilihan Ketua KNPI Kalteng menggunakan SARA. Ini adalah statement ngasal tanpa ada argumen penguat atau fakta-fakta yang bisa membenarkan statement-nya. Saya sebut ini adalah ramalan dan yang membuat statement ini adalah peramal. Beda loh yaa jika ramalan itu dengan ilmu-ilmu khusus, misalkan ramalan cuaca, itu jelas ilmunya. Lucinda Embry dengan deretan angka itu sebenarnya ingin memberi tahu tragedi besar, namun orang-orang yang mungkin tidak tahu mengatakan dia gila dan deretan angka itu hanyalah sesuatu yang tidak berarti. Namun semua itu dibuktikan oleh Jhon, Lucinda Embry benar. Sangat jelas berbeda "knowing" dan statement oknum yang saya sebutkan tadi, jika ramalan Lucinda Embry benar dibuktikan oleh Prof. Jhon, namun statement ngasal SARA dalam pemilihan ketua KNPI Kalteng itu tidaklah benar.

Mengapa sebut statement itu "ngasal", yaa jelas karena memang tidak ada SARA dalam pemilihan Ketua DPD KNPI Kalteng yang dilaksanakan di Hotel Aquarius kemaren malam.

Kita ungkap satu-persatu persoalannya. SARA artinya Suku, Agama, Ras dan Antargolongan. Jika yang dimaksud SARA ini maka, statement itu ngawur.

Kita mulai dari persyaratan calon, tidak ada menyebutkan jika Ketua DPD KNPI Kalteng itu harus Suku Dayak. Tidak ada. Begitu juga dengan Agama, tidak ada menyebutkan harus Agama tertentu. Ras juga begitu, tidak ada. Golongan tertentu juga tidak ada. Saya juga mengikuti Musyda ke 13 yang dilaksanakan di Kabupaten Sukamara. Juga dalam realitasnya tidak ada SARA di sana. Semua orang berhak menjadi ketua KNPI, asalkan memenuhi syarat dan ketentuan (Silakan baca AD/ART). 

Adalah lumrah terjadi, jika dalam kerja keras calon ketua organisasi apapun ia harus mampu meyakinkan orang-orang bahwa dia layak untuk dipilih. Karena ini kaitannya dengan organisasi, yaa harus bisa meyakin suatu organisasi dong. 

Coba kita amati peta kekuatan 2 (dua) calon kandidat Ketua DPD KNPI Kalteng sebelumnya :

Elly Saputra merupakan Ketua GP Ansor mendapat 3 rekomendasi dari DPD KNPI, yakni Murung Raya,  Kotawaringin Timur dan Kapuas. OKP yang ikut mengusung ada 6 (enam) yakni Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor), Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Kalteng, Perhimpunan Pemuda Indonesia (Peradah), PD Garuda KPPRI, Fatayat NU, Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Rahmat Handoko merupakan Wakil Ketua Bidang Organisasi DPD KNPI Kalteng dan juga Ketua Karang Taruna Kota Palangka Raya saat mendaftar membawa 6 rekomendasi dari DPD KNPI, yakni Lamandau, Pulang Pisau, Palangka Raya, Barito Selatan, dan Katingan. OKP yang juga mengusung ada 11 (sebelas), yakni Nasiyatul Aisyiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pemuda Muhammadiyah, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Barisan Muda (BM PAN), Kohati HMI dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Palangka Raya, Pengurus Daerah Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PD KMHDI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Palangka Raya, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Palangka Raya.

Jika kita lihat, peta kekuatan itu sangat jelas beragam. Tidak melihat latar suku, agama, ras dan golongan tertentu. Seperti Rahmat Handoko, yang sebelumnya Cipayung dengan tegas menyatakan dukungan (GMNI, HMI, GMKI, PMKRI) dan mereka secara tegas menolak adanya transaksional. Dari ukuran ini saja, tidak mudah untuk meyakinkan ke-4 organisasi itu yang di dalamnya adalah sekelompok mahasiswa-mahasiswa yang idealis. Bagitu juga dengan kelompok Muhammadiyah, KMHDI, BM dan lainnya. Lalu jika ada unsur SARA, dimana letaknya?

Bagaimana dengan kelompok Elly Saputra, wajar jika dukungan didominasi oleh kelompok NU, karena dia adalah salah satu kader terbaik NU. Semua organisasi berlaku, jika ada kader mereka yang maju, maka mereka akan totalitas untuk mendukung. Lalu bagaimana dengan koalisinya, ada Murung Raya, Kotawaringin Timur dan Kapuas. Jika dibenturkan dengan SARA, dimana letaknya?

Sekali lagi ingin saya tegaskan adalah, untuk mencalon sebagai ketua KNPI Kalteng itu bukan dari kelompok mana, agamanya apa, sukunya apa, tapi seberapa besar dia bisa meyakinkan organisasi dan seberapa besar dia membuktikan bahwa dia layak.

Lalu bagaimana perjalanan ke depannya, hingga sampai pada pemilihan ketua dan sebelumnya proses "komunikasi" antar organisasi. Semua berjalan sesaat sebelum pemilihan tentunya. Lagi dan lagi, suatu organisasi akan melihat peta kekuatan dan komitmen untuk mengawal calonnya masing-masing. 

Jika dalam salah satu sambutan yang disampaikan oleh Wakil Gubernur Kalteng menyebutkan bahwa pemilihan ketua KNPI Kalteng kali ini diwakili oleh 2 (dua) organisasi besar yakni NU dan Muhammadiyah. Pernyataan itu hanya persepsi Wakil Gubernur saja. Muhammadiyah sendiri yang diwakili oleh 4 organisasi otonomnya tidak sependapat dengan pernyataan tersebut.

Berbeda halnya, jika saya selaku penulis yang maju sebagai kandidat, berkompetensi dengan Bung Elly Saputra. Bisa dibenarkan bahwa ini adalah kompetisi 2 (organisasi) besar tadi NU dan Muhammadiyah. Karena saya adalah kader Muhammadiyah.

Kemudian, yang mungkin dipahami oleh pembuat statement SARA tadi adalah mengarah pada kelompok. Ini lucu sebenarnya, karena dari awal jika dia mengikuti betul setiap proses demi proses, maka dia akan menemukan fakta bahwa proses Calon untuk meyakinkan Organisasi bukan tanpa kerja keras, setiap proses itu panjang. Paling-paling nih yaa, deal-deal-an di KNPI itu, oke saya dukung tapi kami sekretaris, kami bendahara, akomodir kader-kader terbaik kami di KNPI. Apakah ini salah? Yaa ini benar, karena sejatinya kader-kader terbaik masing-masing organisasi harus menduduki jabatan strategis di KNPI. Karena tanpa mereka KNPI hanya akan menjadi organisasi yang tidak berarti.

Tegasnya?
Saya ingin tegaskan bahwa, bagaimanapun jika yang dimaksud SARA tadi didominasi oleh sebuah kelompok, maka itu tidak benar. Yang perlu kita pahami adalah untuk menjadi Ketua DPD KNPI Kalteng harus mampu meyakinkan diri bahwa kita adalah pilihan terbaik dari yang terbaik untuk memimpin. Artinya semua kandidat yang maju adalah pemuda terbaik Kalimantan Tengah.

Saya rasa cukuplah untuk memberikan klarifikasi atas hal yang beredar tentang proses musyda XIV DPD KNPI Kalteng yang dinahkodai oleh Bung Fairid Naparin selaku ketua dan Bung Aan Nurhasan sebagai Sekretaris.

Ohh yaa mungkin pembuat statemen SARA tadi tidak mengikuti hingga akhir, kita tentu mendengar peryataan Bung Rahmat Handoko saat menyatakan kesiapan sebagai ketua.
"Seandainya saya terpilih menjadi ketua DPD KNPI Kalteng, saya meminta dengan hormat Bung Elly Saputra bisa mendampingi saya sebagai Sekretaris".
Jika bicara SARA gak akan terjadi hal seperti ini. Kenapa? yaa buat apa membawa kelompok yang jelas-jelas berseberangan dengan kita sebelumnya. Buat apa membawa kelompok yang jelas menjadi rivalnya.

Jika dicermati dengan pikiran jernih, ini adalah sikap kedewasaan berorganisasi. Karena di KNPI, semua warna berkumpul menjadi satu, tanpa ada pengelompokan. Misalkan Ketua KNPI Bung Fairid Naparin dari Partai Golkar, Sekretarisnya AAN Nurhasan Perindo, ada Edy Rustian, Ahmad Syarief, Esha Sahbana dari Partai Demokrat, Moses, Adhi dari PDIP, Bung Rano Rahman dari PSI. Kemudian Bendahara dari Fatayat NU, Wakil Bendahara dari Nasyiatul Aisyiyah, sedangkan saya membawa nama Muhammadiyah sebagai kader dan masih banyak kelompok lainnya yang terakomodir menjadi satu di KNPI Kalteng.

Ini KNPI Bung, jernihlah melihat perbedaan, berbeda bukan berarti SARA. Karena di KNPI anda akan melihat keharmonisan terjadi dipertontonkan oleh kaum intelektual muda Kalimantan Tengah. 


Foto ini diambil saat acara malam HUT RI-73 di Istana Isen Mulang, tampak Ketua DPD KNPI Kalteng Bung Fairid Naparin yang juga terpilih sebagai Walikota Palangka Raya periode 2018-2023, tampak dalam foto juga ada Bung Moses, Fredy dan Rahmat Handoko yang masing-masing berbeda pilihan dan dukungan saat pilkada Kota Palangka Raya. Inilah keharmonisan pemuda!
***
Yandi Novia | Blogger Kalteng
Alumni Aktivis Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kalteng
Mantan Ketua DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kalteng Periode 2013-2015
Wakil Ketua DPD KNPI Kalteng (2014-2017)
Pengurus Pemuda Muhammadiyah Kalteng (sekarang)