BLOGGER KALTENG - Cukup lelah sebenarnya raga ini untuk menulis. Namun harus saya tulis, karena lebih lelah melihat wall facebook kawan-kawan saya, sebut saja para aktivis atau yang saya sebut "penggerak". Saya lebih suka menggunakan "penggerak" karena selain aktif beropini, mengkritik, dan bersuara mereka juga bergerak, artinya ada aksi mereka di lapangan.
Sebelum lebih lanjut saya jelaskan, jadi begini. Sembilan tahun lalu Ridwan Kamil pernah menjadi pembicara di acara TEDxJakarta memaparkan tentang Creativity and Design for Social Change in Cities. Satu kalimat yang masih saya ingat adalah "Kelemahan orang-orang kreatif itu adalah pintar sana-sini tapi jarang ngumpul".
Nah, kondisi seperti inilah yang sedang dialami para "penggerak" saat ini, terutama pada masa pandemi COVID-19.
Memang diakui, seperti yang saya sebutkan tadi mereka aktif bersuara juga aktif di lapangan. Bergerak sana-sini membantu sesama. Namun, di satu sisi mereka saling melempar sindiran. Lebih ke sindiran bukan masukan. Padahal sebenarnya, permasalahan yang mereka bahas tujuannya sama. Hanya saja kemasannya yang mungkin berbeda.
Dalam hal ini, tentu kita akan bicara wilayah "kebenaran". Namun perlu diketahui bahwa kebenaran dalam teorinya hanya satu kebenaran yang absolut atau mutlak, yaitu kebenaran yang berasal dari Tuhan. Sedangkan kebenaran lainnya bersifat relatif atau nisbi. Kecuali, teori kebenaran Korespondensi, yaitu kesesuaian antara suatu pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu sendiri. Contohnya, Palangka Raya Ibu kota Kalimantan Tengah. Namun dalam teori ini masih ada pertentangan, misalnya bagaimana melihat kebenaran objek atau bidang nonempiris? Belum lagi bicara soal teori koherensi, teori pragmatik, teori struktural paradigmatik, teori performatik pasti mempunyai perspektif berbeda dalam melihat kebenaran.
Tulisan ini tidak mengajarkan masalah teori-teori itu tentunya. Namun, jika kita bicara wilayah kebenaran maka perlu menjadi perhatian bersama adalah para ilmuan atau masyarakat ilmiah sekalipun memerlukan waktu lama untuk menemukan kebenaran.
Jadi, saya hanya bisa memberi saran. Terutama untuk kawan-kawan saya yang sedang bergerak sekarang, memperjuangkan kehidupan dirinya dan juga kehidupan masyarakat terdampak secara ekonomi oleh wabah pandemi COVID-19.
Beberapa saran saya begini :
1. Stop saling menyindir dengan status-status facebook. Kenapa? Karena ada kata yang baik untuk diutarakan selain itu. Sekali lagi bukan wilayah saya mengajarkan kebaikkan. Karena sisi kebaikkan dalam diri kawan-kawan penggerak sudah terlihat dan bahkan sudah diimplementasikan. Lalu apa yang harus diutarakan? Yaaa... kasih semangat atau lebih baik lagi mendukung mereka.
2. Saling melengkapi. Contohnya sederhana, para penggerak berlomba membagikan paket sembako, maka yang perlu dilakukan dalam hal ini adalah jalin komunikasi yang baik. Misalnya, si A membagikan sembako, si B juga membagikan sembako, lalu si B atau si C dan seterusnya bisa memberi masukan "masih ada warga yang belum mendapatkan paket sembako, mungkin kawan-kawan bisa memberikan paket sembakonya". Kalau ginikan asyik. Lalu bagaimana kalau ada emblem lain? itukan hak orang yang membantu, kalau kita tidak ingin terlibat, silakan. Tapi ingat, jalan kebaikkan itu ada banyak macammya, dengan anda memberi masukan tadi itu juga jalan kebaikkan. Warga tadi dapat bantuan, anda juga menjalin kekerabatan yang baik dengan para penggerak lainnya. Intinya ngumpul. Komunikasi yang baik.
3. Masa pandemi COVID-19 ini jangan buang-buang energi dengan berdebat, saling serang, saling sindir. Lebih baik kita sama-sama bicara soal solusi. Saya liat semua elemen masyarakat bahu-membahu dalam memberikan bantuan paket sembako kepada masyarakat yang terdampak. Ini bukti bahwa kita memiliki rasa kepedulian yang tinggi. Sebagai contoh, ada warga yang mengadu kepada saya bahwa ada tetangganya yang terdampak, lalu saya menghubungi salah satu Anggota DPRD Kota palangka Raya, karena saya tahu dia sedang membagikan paket sembako, besoknya paket sembako itu sampai pada warga tersebut.
4. Saling mendoakan. Tentu kita tidak ingin orang-orang yang kita kenal tertular COVID-19. Siapapun itu, walaupun lawan debat kita atau musuh kita (sebut saja). Karena dalam hati yang paling dalam kita tetap terpikir bagaimana keluarganya, bagaimana anak istrinya. Itulah sisi kebaikkan kita sebagai manusia.
Semoga tulisan sederhana ini mampu menyatukan semangat, gerakan dan harapan kita bersama. Selama pandemi COVID-19 ini, mari saling menjaga satu dengan lainnya. Perhatikan kerabat kita, tetangga kita, jika mereka dalam kesusahan maka segeralah bergerak. Jika kita tidak mampu, maka yakin saja akan banyak orang-orang mampu yang bisa membantu. Jadi, bertemanlah dengan siapa saja.
Untuk kawan-kawan yang terus bergerak tanpa pamrih. Doaku untuk kelian semua. Sesekali saya akan undang ngopi via zoom. Tunggu saja.
Debu Yandi | Blogger Kalteng
Palangka Raya, 9 Mei 2020